PENGARUH
POLA ASUH ORANG TUA
TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
ANAK DIDUSUN
PAPAHAN RT 02
KARYA
TULIS ILMIAH DIBUAT
GUNA MEMENUHI
TUGAS MATA KULIAH BAHASA
INDONESIA
DISUSUN OLEH:
YUNNAHAR FAJRUL FALLAH
26.10.6.2.256
PROGRAM STUDY BAHASA DAN SASTRA
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
IAIN SURAKARTA
2011/2012
i
HALAMAN PERNGESAHAN
KARYA
ILMIAH
PENGARUH POLA ASUH ORANG
TUA TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK
DUSUN PAPAHAN RT 02
DISUSUN OLEH:
YUNNAHAR FAJRUL FALLAH
26.10.6.2.256
Telah disahkan oleh pembimbing
Pada Hari/Tanggal : 25
juli 2011
Pembimbing
Suprapti
ii
KATA PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikankan rahmat
serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Pembentukan Kepribadian Anak”
Dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan
bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu,penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1.
Ibu suprapti selaku pembimbing mata
kuliah ini yang telah
memberikan masukan serta bimbingan dalam
penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
2.
Orang tua dan saudarakuyang telah
memberikan dukungan moril,materidan do’a
nya sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
3.
Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang
telah bersedia dengan ikhlas memberikanbantuan,semangat dan dorongan dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,segala
bimbingan,petunjuk,kritikdan saran yang bersifat mambangundan menuju perbaikan
akan selalu penulis harapkan.
Surakarta,30
juni 2011
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................iv
ABSTRAK.............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................1
A. Latar
Belakang........................................................................1
B. Rumusan
Masalah...................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................2
D. Manfaat
Penelitian..................................................................2
BAB II LANDASAN
TEORI...............................................................3
A.BIMBINGAN
ORANG TUA TERHADAP ANAK
1.1 Pengertian
Bimbingan......................................................3
1.2 Pengertian Orang Tua dan Tanggung
jawab....................4
1.3 Tujuan Orang
Tua............................................................4
B.
PEMBINAAN TINGKAH LAKU........................................4
2.1 Pengertian Tingkah
Laku.................................................4
2.2 Pembinaan Tingkah Laku Terhadap
Anak......................5
BAB
III METODE PENELITIAN......................................................6
3.1 Desain Penelitian..............................................................6
3.2 Tempat dan waktu penelitian............................................6
3.3 Populasi
Penelitian............................................................6
3.4 Sampel
dan Teknik Sampling...........................................7
3.5 Identifikasi
Variabel.........................................................7
BAB IV HASIL
PENELITIAN............................................................9
4.1 Pola Asuh
Orang Tua........................................................9
4.2 Pembentukan Kepribadian
Anak......................................9
BAB V PEMBAHASAN..................................................................11
BAB VI PENUTUP...........................................................................13
A. Kesimpulan...................................................................13
B. Penutup.........................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
iv
ABSTRAK
Tahun-tahun
pertama kehidupan manusia merupakan periode yang sangat penting dan kritis.
Keberhasian tumbuh kembang anak di tahun-tahun pertama akan sangat menentukan
masa depan anak. Kelainan atau penyimpangan apapun kalau tidak diintervensi
secara dini dengan baik pada saatnya, apalagi yang tidak terdeteksi akan
mengurangi kualitas sumber daya manusia kelak di kemudian hari. Untuk mencapai
tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologisnya. Tingkat tercapainya
berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan
bio-psiki-sosial dan perilaku. Lingkungan merupakan faktor yang sangat
menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik
akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya.
Proses yang unik dengan hasil akhir yang berbeda-beda memberikan ciri
tersendiri pada setiap anak.. Untuk itu orang tua mempunyai peranan yang sangat
penting dalam pembentukan karakter dan tumbuh kembang anak secara optimal.
Kata kunci : lingkungan, tumbuh kembang, pembentukan karakter.
Kata kunci : lingkungan, tumbuh kembang, pembentukan karakter.
v
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Anak merupakan aset
yang menentukan kelangsungan hidup, kualitas dan kejayaan bangsa di masa
mendatang. Oleh karena itu anak perlu dikondisikan agar dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal dan dididik sebaik mungkin agar di masa depan dapat
menjadi generasi penerus yang berkarakter serta berkepribadian baik.
Keluarga adalah lingkungan yang pertama dan utama dikenal oleh anak. Karenanya keluarga sering dikatakan sebagai primary group. Alasannya, institusi terkesil dalam masyarakat ini telah mempengaruhi perkembangan individu anggota-anggotanya, termasuk sang anak. Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan berbagai bentuk kepribadiannya di masyarakat. Oleh karena itu tidaklah dapat dipungkiri bahwa sebenarnya keluarga mempunyai fungsi yang tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan saja. Mengingat banyak hal-hal mengenai kepribadian seseorang yang dapat dirunut dari keluarga .
Akibat pengaruh globalisasi yang makin menguat di setiap aspek kehidupan, banyak bangsa-bangsa di dunia yang tidak berkarakter kehilangan jati dirinya. Tanpa di sadari budaya telah mengalami pergeseran (akulturasi). Semula batas budaya barat dan timur terlihat jelas, namun sekarang ini yang terjadi budaya luar secara permisif berbaur dengan budaya lokal. Kondisi yang demikian menjadi berbahaya tatakala budaya buruk dari luar ditelan mentah-mentah oleh anak-anak dalam sebuah keluarga. Seperti budaya kekerasan, minum minuman keras, penyalahgunaan narkoba atau seks bebas. Disinilah peran orang tua ditantang untuk mampu mengembalikan karakter anak dalam kapasitas agar anak dapat tumbuh dan berkembang sebaik-baiknya.
Keluarga adalah lingkungan yang pertama dan utama dikenal oleh anak. Karenanya keluarga sering dikatakan sebagai primary group. Alasannya, institusi terkesil dalam masyarakat ini telah mempengaruhi perkembangan individu anggota-anggotanya, termasuk sang anak. Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan berbagai bentuk kepribadiannya di masyarakat. Oleh karena itu tidaklah dapat dipungkiri bahwa sebenarnya keluarga mempunyai fungsi yang tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan saja. Mengingat banyak hal-hal mengenai kepribadian seseorang yang dapat dirunut dari keluarga .
Akibat pengaruh globalisasi yang makin menguat di setiap aspek kehidupan, banyak bangsa-bangsa di dunia yang tidak berkarakter kehilangan jati dirinya. Tanpa di sadari budaya telah mengalami pergeseran (akulturasi). Semula batas budaya barat dan timur terlihat jelas, namun sekarang ini yang terjadi budaya luar secara permisif berbaur dengan budaya lokal. Kondisi yang demikian menjadi berbahaya tatakala budaya buruk dari luar ditelan mentah-mentah oleh anak-anak dalam sebuah keluarga. Seperti budaya kekerasan, minum minuman keras, penyalahgunaan narkoba atau seks bebas. Disinilah peran orang tua ditantang untuk mampu mengembalikan karakter anak dalam kapasitas agar anak dapat tumbuh dan berkembang sebaik-baiknya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian dalam latar belakang,maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu:
1.Adakah
pengaruh orang tua terhadap pembentukan kepribadian seorang anak?
2.Mengapa
peran orang tua sangat berpengaruh terhadap kepribadian seorang anak?
3.Bagaimana peran oarang tua terhadap
anak di era globalisa?
C.
Batasan Masalah
1. Pengaruh orang tua terhadap pembentukan
kepribadian seorang anak
2.
alasan peran orang tua sangat berpengaruh terhadap kepribadian anak
3.
Bentuk peran orang tua terhadap anak di era globalisasi
1
D.Tujuan Penelitian
1. Penelitian
ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana orang tua dalam membimbing
tingkah laku, pada anak usia dini dilingkungan keluarga.
2. Untuk
mengetahui bagaimana pentingnya pembinaan tingkah laku terhadap anak usia dini
dilingkungan keluarga
E.
Mafaat
Penelitian
1.
Teoritis
a. Menambah
pengetahuan di bidang psikologi Bimbingan Orang Tua khususnya Pengaruh orang
tua terhadap pembentukan kepribadian seorang anak.
b. Sebagai
bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
2.
Praktis
a. Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada para orang tua bahwa pembentukan
kepribadian seorang anak dimulai dari peran serta orang tua.
b. Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi para orang tua akan pentingnya
memberikan pengajaran yang baik kepada sang anak supaya sang anak memiliki
kepribadian yang baik.
c. Memberikan
masukan kepada para calon orang tua agar memberikan pengasuhan yang baik kepada
anaknya.
2
BAB
II
LANDASAN TEORI
A.Bimbingan
Orang Tua Terhadap Anak
1.1Pengertian Bimbingan
Bimbingan
dapat diartikan secara umum sebagai suatu bantuan. Namun untuk sampai pada
pengertian yang sebenarnya kita harus ingat bahwa tidak semua bantuan dap
diartikan bimbingan. Bimbingan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris
yaitu guidance, kata guidance bersal dari kata kerja to guidance artinya
menunjukan,membimbing,menuntun, orang ke jalan yang benar. Jadi kata guidance
berarti petunjuk,pemberian bimbingan pada orang lain yang membutuhkan. Untuk
memperoleh pengertian yang lebih jelas dibawah ini penulis akan pendapat dari
para pakar diantaranya:
1.
Jear Book of Education(I.Djumhur
,1975:25)
Mengemukakan
bahwa bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri
untuk dan mengembangkan kemampuanyya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan
kemanfaatan sosial.
2.
Stoops(I.Djumhur,1975:25)
Mengemukakan
bimbingan adalah suatu proses membantu perkembangan individu untuk mencapai
kemampuannyasecara maksimal dalam mengarahkan manfaatyang sebenar benarnya baik
bagi dirinya maupun bagi masyarakat.
3.
Miller(I.Djumhur,1975:25)
Bimbingan
adalah proses terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri
yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum.
1.2 Pengertian Orang Tua Dan
Tanggung Jawabnya
Orang tua adalah orang yang telah melahirkan
kita selain itu mereka juga yang
mengasuh dan membimbing anaknya dengan cara memberikan contoh yang baik dalam
menjalani Orang tua merupakan orang yang lebih dituakan namun didalam
masyarakat orang tua kehidupan sehari-hari ,selain itu orang tua juga telah
memperkenalkan anaknya dalam hal-hal yang terdapat didunia ini dan menjawab
secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak. Maka pengetahuan
yang pertama yang diterima oleh anak adalah dari orang tuanya . karena orang
tua adalah pusat kehidupan rohani si anak dan sebagai penyabab berkenalnya
dengan alam luar ,maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian
terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya di permulaan hidupnya
dahulu.jadi orang tua memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas
pendidikan anak-anak. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada
disampingnya. Oleh karena itu ia meniru perangai ibunya dan biasanya seorang
anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan
baik dan penuh kasih sayang. Ibu merupakan orang yang mula-mula dikenal anak
yang menjadi temannyadan yang pertama untuk dipercayai. Kunci pertama dalam
mengarahkan pendidikan dan membentuk mental si anak terletak pada peranan orang
tuanya,sehingga baik buruk budi pekerti tergantung pada baik buruk budi pekrti orang
tuannya.
1.3 Tujuan Orang Tua Membimbing
Anaknya
Orang tua membimbing anaknya
karena kewajaran karena kodratnya dan selain itu karena cinta. Tujuan orang tua
membimbing anaknya itu supaya anaknya menjadi anak yang berprestasi dan juga
dapat mengangkat nama baik orang tuanya yang telah membimbing dengan kasih
sayang.
B
.PEMBINAAN TINGKAH LAKU ANAK
2.1 Pengertian Tingkah Laku
Tingkah
Laku berarti juga budi pekerti, akhlak, perangai , tabiat. Untuk
mendapatkan
Definisi yang lebih jelas akan
dikemukakan beberapa pendapat diantaranya:
1.
Al-Ghozali (Moh.Rifai,1987:40)
Tingkah laku adalah apa
yang tertanam dalam jiwa dan dari padanya timbul perbuatan yang mudah tanpa
memerlukan pertimbangan.
2.
Ahmad Amin (Moh.Rifai,1987:41)
Tingkah laku yang
dibiasakan artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu,maka kebiasaan
itu dinamakan Tingkah Laku.
Dari definisi diatas memberikan
suatu gambaran,bahwa tingkah laku merupakan bentuk kepribadian dari seseorang
tanpa dibuat-buat tanpa ada dorongan dari luar.Jika ada pengaruh dari luar
sehingga seseorang menampakkan sisi baik,namun suatu waktu akan terlihat
tingkah laku yang sebenarnya. Sifat yang tertanam pada manusia sejak lahir
berupa perbuatan baikatau buruk itu merupakan bentuk tingkah laku. Awal
seseorang mempunyai tingkah laku karena adanya pengaruh baik secara langsung
maupun tidak langsung seauai dengan pembinaannya,karena didikan dan bimbingan
dalam keluarga secara langsung maupun tidak banyak memberika bekas bagi
penghuni rumah itu sendiri dalam tindak tanduknya,maka ilmu tentang tingkah
laku menjelaskan tentang arti baik buruk.
2.2 Pembinaan Tingkah Laku Terhadap
Anak
Secara umum tingkah laku dapat disama artikan dengan budi
pekerti,perangai, tabiat atau kepribadiandari hal tersebut setiap
individuberangkat dalammempertahankan diri dari kesewenang-wenangan dari
individu lainnya,tingkah laku dapat mencerminkan kepribadian sekaligus dapat
menggambarkan karakteristik untuk senantiasa dibina demi mempertahankan citra
diri dan keluarga serta masyarakat sekitarnya. Seorang individu mempunyai
tingkah laku awalnya dari hasil bimbingan orang tuanya dalam lingkungan
keluarga ,pengaruh yang tidak sengaja diperoleh melalui pengamatan panca indera
yang tidak disadari masuk dalam pribadi anak. Oleh karena itu tingkah laku
merupakan sebagian dari cermin kepribadian individu,maka keberadaan tingkah
laku itu harus tetap dibina dan diarahkan
karena tingkah laku digunakan sebagai penuntun hidup didalam masyarakat.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
DESAIN
PENELITIAN
Desain
penelitian atau rancangan penelitian adalah suatu rencana,struktur dan strategi
penelitian untuk menjawab
permasalahan yang sedang dihadapi dengan melakukan pengendalian berbagai
variable yang berpengaruh terhadap penelitian itu (Arief,2004)
Didalam penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif dengan
menggunakan pendekatan Natural
observasi dengan cara melakukan observasi menyeluruh pada sebuah latar tertentu
tanpa sedikitpun mengubahnya dan juga memberikan quisioner kepada para oarang
tua. Tujuan utamanya ialah untuk mengamati dan memahami karakter anak dalam
situasi tertentu. Misalnya perilaku seorang anak dengan lingkungan bermainnya
(Prof. Dr. H . Mudjia Rahardjo,M.Si).
B.
TEMPAT
DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian
ini dilakukan di Dusun Papahan RT 02 Desa Papahan, Tasikmadu,
Karanganyar Pada bulan Juli 2011.
C.
POPULASI
PENELITIAN
Populasi
adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapakan
(Nursalam,2003)
1.
Populasi
Target
Populasi target dalam
penelitian ini adalah para orang tua dan anak usia dini yang berada di wilayah
Dusun Papahan khususnya untuk RT 02.
2.
Populasi
Aktual
Populasi aktual adalah
bagian dari populasi target tempat sempel diambil. Populasi aktual dalam
penelitian ini adalah Para Orang Tua yang memiliki anak usia dini di RT 02
Dusun Papahan Desa Papahan, Tasikmadu, Karanganyar.
D Sampel Dan Teknik Sampling
Sampel
adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti yang
dianggap mewakili seluruh populasi. Dalam
penelitian ini teknik pengambilan sempel yang digunakan yaitu “ Purposive
Sampling”. “ Purposive Sampling” yaitu pengambilan sempel yang didasarkan pada
suatu pertimbangan tertentu yang di buat oleh peneliti sendiri, berdasar ciri
atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo,2002).
1.
Kriteria
Inklusi
Syarat Responden yang
diambil dalam penelitian ini:
a.
Para Orang tua yang telah berpengalaman
dalam mendidik anak
b.
Para Ibu muda
c.
Bersedia menjadi Responden
2.
Kriteria
Eksklusif
Responden yang tidak
diambil dalam penelitian ini adalah:
a.
Para orang tua yang telah lanjut usia
b. Anak
- anak
Dengan demikian,populasi dalam
penelitian ini terdiri dari para orang tua baik yang sudah berpengalaman maupun
yang belum berpengalama(muda).sedang
untuk orang tua yang lanjut usia dan anak-anak tidak diambil dikarenakan untuk
anak-anak mereka belum mengerti dan untuk lansia mereka susah untuk diajak
bicara.
Besar kecilnya sampel sangat dipengaruhi
oleh desain dan ketersediaan sampel. Semakin besar sampel yang
dipergunakan,semakin baikdan representatif hasil yang diperoleh. Dengan
demikian,semakin besar sempel akan mengurangi kesalahan(Nursalam,
2003).Bedasarkan teori tersebut,peneliti mengambil sampel dari keseluruhan
populasi (Total sampling) sejumlah 25 kepala rumah tangga terdiri dari 15 para
ibu muda 10 para orang tua yang telah berpengalaman.
E.
Identifikasi
Variabel
Variabel
penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang
dimiliki oleh satuan peneliti tentang suatu konsep pengertian tertentu
(Notoatmodjo,2002).
1. Variabel Independen
Variabel Independen
adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya etau berubahnya variabel dependen(Sugiyono,
2010). Variabel Independen dalam penelitian ini adalah Pola Asuh Orang Tua.
2. Variabel Dependen
Variabel Depanden
adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas/independen (Sugiyono,2010). Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah Kepribadian Anak.
BAB V
HASIL
PENELITIAN
melalui metode penelitian kualitatif dengan
menggunakan pendekatan natural observasion dan juga memberikan quisioner kepada
para orang tua, data yang telah dikumpulkan meliputi karakteristik orang tua
dan lingkungan rumah. Hasil penelitian yang didapat yaitu:
4.1
Pola Asuh Orang Tua
Metode
penelitian kualitatif
Pengaruh
pola asuh yang dilakukan orang tua:
Tabel
Pengamatan 1.1
Baik
|
85%
|
Buruk
|
5%
|
Biasa
|
10%
|
Pengaruh
pola asuh yang dilakukan oleh babysiter:
Tabel
pengamatan 1. 2
Baik
|
35%
|
Buruk
|
45%
|
Biasa
|
20%
|
4.2 Pembentukan Kepribadian Anak
Hasil
quesioner yang diberikan kepada para orang tua
1.
Pentingnya
peran orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak
Tabel Pengamatan 1. 3
Sangat penting
|
22
|
88%
|
Cukup
penting
|
3
|
12%
|
Tidak
penting
|
0
|
0%
|
Total
|
25
|
100%
|
9
2.
Pengaruh tingkat pendidikan terhadap
bentuk pola asuh orang tua anak
Tabel
Pengamatan 1.4
Pendidikan
orang tua
|
Perkembangan
Anak
|
Total
|
|
Sesuai
|
Tidak sesuai
|
||
Rendah
|
2 (40%)
|
3 (60%)
|
5 ( 100 % )
|
Tinggi
|
18 (90% )
|
2 (10% )
|
20 ( 100% )
|
Total
|
20
|
5
|
25
(100%)
|
3. Pengaruh
pendapatan orang tua terhadap pola asuh anak
Tabel
Pengamatan 1.5
Pendapatan
orang tua
|
Perkembangan anak
|
Total
|
|
Sesuai umur
|
Tidak sesuai umur
|
||
≤
UMP
|
2 ( 40% )
|
3 ( 60% )
|
5
(100 % )
|
≥ UMP
|
17
( 85%)
|
3 (60% )
|
20
(100 % )
|
Total
|
20
|
5
|
25
(100 %)
|
BAB
VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil
penelitian tentang pengaruh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak.
Berdasar tabel pengamatan yang telah dituliskan dapat diketahui bahwa pengaruh
orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak sangat penting.Dari hasil
penelitian diatas pengaruh orang tua dapat ditinjau dari segi pendapatannya dan
juga tingkat pendidikan orang tua terhadap bentuk pola asuh orang tua terhadap pembentukan
kepribadian anak. Ditinjau dari segi distribusi pendapatan orang tua bahwa
pendapatan orang tua diperoleh data bahwa sebagian besar (85% ) pendapatan
orang tua berada diatas upah minimal provinsi (UMP). Hasil penelitian
menunjukan hasil bahwa tidak ada pengaruh yang bermakna antara pendapatan orang
tua dengan pola asuh yang diberikan kepada anak. Hal ini berarti
pendapatanoarang tua apakah lebih dari UMP ataupun kurang tidak akan menjamin pola
asuhyang diberikan sesuai dengan umur ataupun tidak. Menurut Ball dan Bindler
(1995 ), bahwa salah satu faktor yang berkaitan dengan pola asuh yang diberikan
orang tua kepada anak untuk pembentukan kepribadian anak adalah terkait dengan sosial ekonomi yang
rendah. Padahal apabila dilihat dari rata-rata penghasilan orang tua di dusun
papaha RT 02 berada diatas UMP (>800). Namun pendapatan ini kurang
mempertimbangkan jumlah keluarga yang menjadi tanggungan. Oleh karena itu
pendapatan diatas UMP(baik) namun pada hakikatnya sebuah pendapatan kurang jika
dinilai dari jumlah keluarga yang menjadi tanggungan. Pandapatan keluarga
kurang maka penyadiaan terhadap sumber
belajar ataualat permainan untuk anak sebagai sarana pola asuh pembentukan
kepribadian anak akan terabaikan.
Dari
segi pendidikan orang tua,tingkat pendidikan juga mempengaruhi baik buruk pola
asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak. Dari tabel yang telah
dibuat, kita dapat lihat bahwa orang tua yang berpendidikan tinggi dapat
memberikan pola asuh yang baik untuk pembentukan kepribadian anak yang baik
sebanyak 90%sedangkan 10% pola asuh yang digunakan tidak sesuai. Orang tua
berpendidikan rendah dapat memberikan pola asuh yang baik sebanyak 40% sedang
untuk 60% tidak sesuai.
Hasil
penelitian antara pembentukan kepribadian anak dengan pendidikan orang tua
sebenarnya tidak berpengaruh penting tapi berdasarkan tabel yang telah dibuat
bahwa pendidikan orang tua rendah mengindikasikan sosial ekonomi rendah.Jika
sosial ekonomi rendah maka tidak dapat memberikan sarana dan prasarana kepada
anak.
Karena keadaan sosial ekonomi yang rendah maka
orang tua akan jarang berinteraksi dengan anak untuk waktu yang cukup lama.
Artinya perhatian orang tua akan cenderung kepada bagaiman memenuhi kehidupan
kesehariannya.Dan hal itu adalah salah satu faktor yang membuat pembentukan
kepribadiannya tidak sesuai dengan umur anak. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Saadah (2004) yang dilakukan pada 40 anak. Hasil
penelitian tersebut menyatakan bahwa adanya pengaruh faktor orang tua terhadap
pembentukan kepribadian anak diantaranya adalah pendidikan orang tua (p
0,009),umur orang tua (p=0,031), pengetahuan orang tua (p=0,032). Hal ini dapat
dipahami bahwa orang tuamerupakan orang terdekat dengan anak. Diharapkan dengan
semakin tingginya pendidikan orang tua maka pengetahuan orang tuasemakin tinggi
dan mengerti tentang bagaimana pola asuh yang benar dalam membentuk
kepribadian anak.
Menurut
hasil penelitian Redjeki (2005),bahwa kemampuan orang tua dalam mengasuh anak
dengan benar itu terjadi karena pemberian pendidikan psikologi dengan materi
yang cukup sederhana dan metoda yang tepat. Peningkatan kemampuan orang tua
dapat dilihat dari peningkatan pengetahuan,sikap dan perilaku orang tua dalam
memberika pola asuh kepada anak. Hal ini berarti pengetahuan orang tua tentang
bagaimana memberikan pola asuh yang benar tidak begitu saja terbentukmelainkan
dapat melalui proses pendidikan psikologi perkembangan dengan menggunakan
meteri dan metoda yang tepat. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh saadah(2004) yang mengatakan bahwa terdapat perbedaan antara
perkembangan pembentukan kepribadian anak yang menggunakan pola asuh yang benar
dan yang tidak (p = 0,002 ).
Sehingga
dapat disimpulkan adanya pengaruh pendidikan orang tua terhadap pola asuh yang
dilakukan pada pembentukan kepribadian anak. Hal ini disebabkan oleh orang tua
pernah mendapat pendidikan psikologi tentang bagaimana memberikan pola asuh
yang benar untuk pembentukan kepribadian anak.
Pada
pembahasan diatas kita hanya mengetahui hubungan antara hasil penelitian dengan
pembahasan tanpa mengetahui peranan orang tua dan hak anak yang sebenarnya
beserta pembangunan karakter anak
Peranan
Orang Tua untuk anak adalah Anak adalah individu yang unik. Banyak yang
menagatkan bahwa anak adalah miniatur dari orang dewasa. Padahal mereka
betulbetul unik. Mereka belum banyak memiliki sejarah masa lal. Pengalaman
mereka sangat terbatas.
Di sinilah peran orang tua yang memiliki pengalaman hidup lebih banyak sangat dibutuhkan membimbing dan mendidik anaknya. Apabila dikaitkan dengan hak-hak anak, menurut Sri Sugiharti (2005 :1) tugas dan tanggung jawab orang tua antara lain :
1. Sejak dilahirkan mengasuh dengan kasih sayang.
2. Memelihara kesehatan anak.
3. Memberi alat-alat permainan dankesempatan untuk bermain
4. Menyekolahkan anak sesuia dengan keinginan anak.
5. Memberikan pendidikan dalam keluarga, sopan santun, sosial, mental dan juga pendidikan keagamaan serta melindungi tindak kekerasan dari luar.
6. Memberikan kesempatan anak untuk mengembangkan dan berpendapat sesuai dengan usia anak.
Atas dasar itu orang tua yang bijaksana ankan mengajak anak sejak dini untuk berinteraksi denagn lingkungan sekitar. Saat itulah pendidikan karakter diberikan. Mengenal anak akan perbedaan di selilingnya dan diliatkan dalam tanggung jawab hidup sehari-hari, merupakan sarana anak untuk belajar menghargai perbedaan di sekelilingnya dan mengembangkan karakter di tengah berkembangnya masyarakat. Pada tahap ini orang tua dapat mengajarkan niali-nilai universal seperti cara menghargai orang lain, berbuat adil pada diri sendiri dan orang lain, bersedia memanfaatkan orang lain.
Bapak ibu sebagai orang tua anak, adalah contph keteladanan dan perilaku bagi anak. Oleh karena itu orang tua harus berperilaku baik, saling asih, asah dan asuh. Ibu yang secara emosional dan kejiwaan lebih dekat dengan anaknya harus mampu menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya baik dalam bertutur kata, bersikap maupun bertindak. Peran ibu dalam pembentukan karakter ini demikian besar, sehingga ada pepatah yang mengatakan bahwa “Wanita adalah tiang negara. Manakala wanitanya baik maka baiklah negara. Manakala wanitanya rusak, maka rusaklah negara”.
Di sinilah peran orang tua yang memiliki pengalaman hidup lebih banyak sangat dibutuhkan membimbing dan mendidik anaknya. Apabila dikaitkan dengan hak-hak anak, menurut Sri Sugiharti (2005 :1) tugas dan tanggung jawab orang tua antara lain :
1. Sejak dilahirkan mengasuh dengan kasih sayang.
2. Memelihara kesehatan anak.
3. Memberi alat-alat permainan dankesempatan untuk bermain
4. Menyekolahkan anak sesuia dengan keinginan anak.
5. Memberikan pendidikan dalam keluarga, sopan santun, sosial, mental dan juga pendidikan keagamaan serta melindungi tindak kekerasan dari luar.
6. Memberikan kesempatan anak untuk mengembangkan dan berpendapat sesuai dengan usia anak.
Atas dasar itu orang tua yang bijaksana ankan mengajak anak sejak dini untuk berinteraksi denagn lingkungan sekitar. Saat itulah pendidikan karakter diberikan. Mengenal anak akan perbedaan di selilingnya dan diliatkan dalam tanggung jawab hidup sehari-hari, merupakan sarana anak untuk belajar menghargai perbedaan di sekelilingnya dan mengembangkan karakter di tengah berkembangnya masyarakat. Pada tahap ini orang tua dapat mengajarkan niali-nilai universal seperti cara menghargai orang lain, berbuat adil pada diri sendiri dan orang lain, bersedia memanfaatkan orang lain.
Bapak ibu sebagai orang tua anak, adalah contph keteladanan dan perilaku bagi anak. Oleh karena itu orang tua harus berperilaku baik, saling asih, asah dan asuh. Ibu yang secara emosional dan kejiwaan lebih dekat dengan anaknya harus mampu menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya baik dalam bertutur kata, bersikap maupun bertindak. Peran ibu dalam pembentukan karakter ini demikian besar, sehingga ada pepatah yang mengatakan bahwa “Wanita adalah tiang negara. Manakala wanitanya baik maka baiklah negara. Manakala wanitanya rusak, maka rusaklah negara”.
Sementara itu sang bapak sebagai kepala keluarga juga harus mampu menajadi teladan yang baik. Karena ayah yang terlibat hubungan dengan anaknya sejak awal akan mempengaruhi perkembangan kognitif, motorik, kemampuan, menolong diri sendiri, bahkan meningkatkan kemampuan yang lebih baik dari anak lain. Kedekatan dengan ayah tentu juga akan mempengaruhi pembentukan karakter anak.
Begitu besarnya peran orang tua dalam pembentukan karakter dan tumbuh kembang anak, sudah sewajarnya apabila orang tua perlu menerapkan pola asuh yang seimbang (authoritative) pada anak, bukan pola asuh yang otoriter atau serba membolehkan (permissive).
Pola asuh yang seimbang (authoritative) akan selalu menghargai individualitas akan tetapi juga menekankan perlunya aturan dan pengaturan. Mereka dangat percaya diri dalam melakukan pengasuhan tetapi mereka sepenuhnya mengahargai keputusan yang diambil anak, minat dan pendapat serta perbedaan kepribadiannya. Orang tua dengan pola asuh model ini, penuh dengan cinta kasih, mudah memerinci tetapi menuntut tingkah laku yang baik. Tegas dalam menjaga aturan bersedia memberi hukuman ringan tetapi dalam situasi hangat dan hubungan saling mendukung. Mereka menjelaskan semua tindakan dan hukuman yang mereka lakukan dan minta pendapat anak.
Anak dari orang tua yang demikian akan merasa tenang dan nyaman. Mereka akan menajdi paham kalau mereka disayangi tetapi sekaligus mengerti terhadap apa yang diharapkan dari orang tua. Jadi anak sejak pra sekolah akan menunjukkan sikap lebih mandiri, mampu mengontrol dirinya, biasa bersikap tegas dan suka eksplorasi. Kondisi yeng demikian itu tidak akan didapatkan anak bila orang tuanya menerapkan pola asuh otoriter atau permisif. Karena anak-anak di bawah asuhan otoriter akan menjadi pendiam, Penakut dan tidak percaya pada diri mereka sendiri. Sementara anak-anak yang diasuh dengan model permisif akan menajdi anak yang tidak mengenal aturan dan norma serta idak memiliki rasa tanggung jawab.
Dengan berkaca pada kondisi saat ini, sudah saatnya orang tua sekarang mengambil peran lebih untuk mengembangkan karakter dan memberi kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara optimal agar anak menjadi manusia berkualitas.Hak Anak yang harusnya dimiliki yaitu Membicarakan kelangsungan hidup dimuka bumi ini adalah membicarakan manusia,
karena manusia merupakan makhluk paling
dominan dalam kehidupan dan lebih khusus untuk kelangsungan hidup masa dengan
tergantung pada anak sebagai generasi penerus.Anak merupakan bagian dari
generasi muda, penerus cita-cita dan perjuangan bangsa. Disamping itu anak
merupakan sumber daya manusia yang perlu mendapatkan perhatian dan perlindungan
dari berbagai ancaman dan gangguan agar supaya hak-haknya tidak terabaikan.
(Sri Sugiharti, 2005: 1)
Tentang apa saja hak anak, Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengeluarkan resolusi No. 44/25 tentang konvensi hak-hak anak (Convention on the Rights of the Child) tertanggal 20 November 1989. Konvensi ini telah diratifikasi Indonesia pada tanggal 25 Agustus 1990 dengan keputusan presiden nomor 36 tahun 1990. sekarang ini Indonesia sudah mempunyai UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak yang didalamnya memuat 4 hak dasar anak yaitu:
1. Hak untuk memperoleh keberlangsungan hidup
2. Hak untuk tumbuh dan berkembang
3. Hak untuk berpartisipasi
4. Hak untuk memperoleh perlindungan
Menurut Noor Siswanto (2002:5) secara lebih terinci ada sebelas hak yang dimiliki oleh anak antara lain : (1) hak untuk didaftar sejak kelahirannya, hak atas nama, memperoleh kewarganegaraan dan sejauh mungkin mengetahui dan dipelihara oleh orang tuanya ; (2) hak mempertahankan identitas ; (3) hak tidak dipisahkan dengan orang tua ; (4) hak berhubungan dengan orang tua ; (5) hak menyatakan pendapat, kemerdekaan berpikir, beragama ; (6) hak kemerdekaan berserikat dan berkumpul ; (7) hak memperoleh bantuan khusus dari negara bagi anak yang kehilangan lingkungan keluarga ; (8) hak menikmati norma kesehatan tertinggi dan hak memperoleh pendidikan ;(9) hak memperoleh pemeliharaan, perawatan serta perlindungan ; (10) hak untuk beristirahat, bersantai, bermain dan hak untuk turut serta dalam kegiatan rekreasi dan ; (11) hak untuk dilindungi dari eksploitasi ekonomi, eksploitasi seksual dan kegiatan yang bersifat pornografis serta pemakaian narkoba.
Hak-hak anak tersebut perlu diwujudkan agar tumbuh kembang anak dapat berlangsung optimal. Dengan adannya hak-hak tersebut sudah barang tentu menjadi kewajiban keluarga, masyarakat dan bangsa (termasuk didalamnya institusi pendidikan) untuk memenuhinya.
Tentang apa saja hak anak, Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengeluarkan resolusi No. 44/25 tentang konvensi hak-hak anak (Convention on the Rights of the Child) tertanggal 20 November 1989. Konvensi ini telah diratifikasi Indonesia pada tanggal 25 Agustus 1990 dengan keputusan presiden nomor 36 tahun 1990. sekarang ini Indonesia sudah mempunyai UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak yang didalamnya memuat 4 hak dasar anak yaitu:
1. Hak untuk memperoleh keberlangsungan hidup
2. Hak untuk tumbuh dan berkembang
3. Hak untuk berpartisipasi
4. Hak untuk memperoleh perlindungan
Menurut Noor Siswanto (2002:5) secara lebih terinci ada sebelas hak yang dimiliki oleh anak antara lain : (1) hak untuk didaftar sejak kelahirannya, hak atas nama, memperoleh kewarganegaraan dan sejauh mungkin mengetahui dan dipelihara oleh orang tuanya ; (2) hak mempertahankan identitas ; (3) hak tidak dipisahkan dengan orang tua ; (4) hak berhubungan dengan orang tua ; (5) hak menyatakan pendapat, kemerdekaan berpikir, beragama ; (6) hak kemerdekaan berserikat dan berkumpul ; (7) hak memperoleh bantuan khusus dari negara bagi anak yang kehilangan lingkungan keluarga ; (8) hak menikmati norma kesehatan tertinggi dan hak memperoleh pendidikan ;(9) hak memperoleh pemeliharaan, perawatan serta perlindungan ; (10) hak untuk beristirahat, bersantai, bermain dan hak untuk turut serta dalam kegiatan rekreasi dan ; (11) hak untuk dilindungi dari eksploitasi ekonomi, eksploitasi seksual dan kegiatan yang bersifat pornografis serta pemakaian narkoba.
Hak-hak anak tersebut perlu diwujudkan agar tumbuh kembang anak dapat berlangsung optimal. Dengan adannya hak-hak tersebut sudah barang tentu menjadi kewajiban keluarga, masyarakat dan bangsa (termasuk didalamnya institusi pendidikan) untuk memenuhinya.
Keberhasilan
bangsa ini dalam mencetak generasi yang berkwalitas menurut Sri Mirmaning Tyas
(2005:10) sesungguhnya tidak dapat hanya disandarkan pada institusi pendidikan
semata. Peran masyarakat luas, keluarga besar, pemerintah, swasta, dunia bisnis
hingga orang tua sendiri perlu dimaksimalkan. Mendasarkan pada hak dasar anak
maka hak yang paling sering diabaikan adalah hak partisipasi anak dalam
menentukan arah perkembangan dirinya. Orang dewasa, guru, orang tua, pendidik
seringh kali merasa lebih berhak menentukan apa yang terbaik bagi anak tanpa
mempertimbangkan basis karakter anak. Sehingga yang terjadi kemudian amat
banyak orang tua yang “Gagal” didik sejak kecil itu, melahirkan anak-anak yang
“Gagal” seperti dirinya.
Dalam membangun karakter anak berarti mendidik. Untuk berpikir tentang pendidikan dapat kita mudahkan dengan membuat analogi
sebagaimanaseorang petani yang hendak bertanam di ladang. Anak yang akan dididik
dapat diibaratkan sebagai tanah, isi pendidiklah sebagai bibit atau benih yang
hendak ditaburkan, sedangkan pendidik diibaratkan sebagai petani. Untuk
mendapatkan tanaman yang bagus, seorang petani harus jeli menentukan jenis dan
kondisi lahan, kemudian menentukan jenis bibit yang tepat, serta cara yang
tepat, setelah mempertimbangkan saat yang tepat pula untuk menaburkan bibit. Setelah
selesai menabur, petani tidak boleh diam, tetapi harus memelihara,
danmerawatnya jangan sampai kena hama pengganggu (Suharsimi Arikunto 2004 : 1).
Membangun karakter anak, yang tidak lain adalah mendidik kejiwaan anak, tidak mudah dan sederhana seperti menanam bibit. Anak adalah aset keluarga, yang sekaligus aset bagsa. Membesarkan fisik anak, masih dapat dikatakan jauh lebih mudah dengan mendidik ajiwa karena pertumbuhanya dapat dengan langsung diamati, sedangkan perkembangan jiwa hanya diamati melalui pantulannya.
Menurut Oppenheim (dalam Suharsimi Arikunto, 2004 : 2) karakter atau watak seseorang dapat diamati dalam dua hal, yaitu sikap (attitude) dan perilaku (behavior). Jadi sikap sesorang termasuk anak-anak, tidak dapat diketahui apabila tidak ada rangsangan dari luar. Rangsangan itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor anatara lain cara menyampaikan, waktu terjadinya, pemberian rangsangan dan cara memberikan rangsangan. Dengan demikian maka pemebntukan sikap yang selanjutnya merupakan pembetuk karekter atau watak anak, juga sangat tergantung dari rangsangan pendidikan yang diberikan oleh pendidik.
Membangun karakter anak, yang tidak lain adalah mendidik kejiwaan anak, tidak mudah dan sederhana seperti menanam bibit. Anak adalah aset keluarga, yang sekaligus aset bagsa. Membesarkan fisik anak, masih dapat dikatakan jauh lebih mudah dengan mendidik ajiwa karena pertumbuhanya dapat dengan langsung diamati, sedangkan perkembangan jiwa hanya diamati melalui pantulannya.
Menurut Oppenheim (dalam Suharsimi Arikunto, 2004 : 2) karakter atau watak seseorang dapat diamati dalam dua hal, yaitu sikap (attitude) dan perilaku (behavior). Jadi sikap sesorang termasuk anak-anak, tidak dapat diketahui apabila tidak ada rangsangan dari luar. Rangsangan itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor anatara lain cara menyampaikan, waktu terjadinya, pemberian rangsangan dan cara memberikan rangsangan. Dengan demikian maka pemebntukan sikap yang selanjutnya merupakan pembetuk karekter atau watak anak, juga sangat tergantung dari rangsangan pendidikan yang diberikan oleh pendidik.
Banyaknya anak
yang terlibat dalam tindak kenakalan nak baik berupa tindak kekerasan,
penipuan, pemerkosaan/pelecehan seksual, pencurian, perampokan hingga
pembunuhan serta tindakan/ perilaku yang negatif lainnya seperti mabuk-mabukan,
merokok atau menyalahgunakan narkoba, merupakan salah satu bentuk gagalnya
pendidikan terhadap anak.
Era globalisasi memang telah mengubah segalanya. Beratnya persaingan hidup telah menyebabkan orang lupa memperhatikan kebutuhn anak karena sibuk mencari nafkah. Sementara perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menyebabkan budaya luar baik atau buruk mengalir bagitu derasnya. Dampaknya bila tidak ada pengawasan dan bimbingan yang cukup buruk dari luar. Oleh karenanya, sejak dini pada anak perlu ditanamkan nailai-nilai moral sebagai pengatur sikap dan perilaku individu dalam melakukan interaksi sosial di lingkungan keluarga, masyarakat maupun bangsa Terdapat tiga teori perkembangan yang diyakini menentukan hasil jadi seorang anak. Pertama, teori tabula rasa, yakni teori yang menyatakan bahwa hasil jadi seorang anak sangat ditentukan seperti apa dia dididik. Teori ini mengibaratkan anak sebagai kertas putih yang kosong, tergantung siapa yang menulis dan melukisnya. Menulis dengan rapi atau dengan mencoret-coret bahkan diremas hingga kumal. Semua tergantung yang memegang kandali atas kertas putih tersebut.
Kedua, teori genotype, yang menyatakan bahwa hasil akhir seorang anak sangat ditentukan oleh gen (sifat, karakter, biologis) orang tuanya. Pepatah sering mendukung teori ini dengan perumpamanaan : air hujan mengalir tak jauh dari atapnya. Sifat kareakter, hingga yang lebih ekstrim lagi nasib anak-anak dianggap tidak akan jauh dari situasi orang tuanya. Penganut paham ini sangat kenatar jika sampai pada keputusan menentukan jodoh anak-anaknya. Orang tuanya cocok, maka hubungan anaknya boleh berlanjut, namun jika tidak cocok maka biasanya orang tua tidak akan memberi restu hubungan anaknya.
Ketiga, teori gabungan yang menggabungkan 2 karakter di atas di tambah denagn faktor mileu (lingkungan ). Teori ini banyak dipakai oleh para psikolog maupun pengembang pendidikan. Teori ini meyakini bahwa hasil akhir seorang anak ditentukan oleh tiga hal: faktor orang tua, faktor pendidkan dan faktor lingkungan. Banyak faktor lingkungan yakni dengan siapa dia bergaul, bergaul, pengaruh orang-orang dekat, paling diyakini sangat efektif mempengaruhi perkembangan anak.
Era globalisasi memang telah mengubah segalanya. Beratnya persaingan hidup telah menyebabkan orang lupa memperhatikan kebutuhn anak karena sibuk mencari nafkah. Sementara perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menyebabkan budaya luar baik atau buruk mengalir bagitu derasnya. Dampaknya bila tidak ada pengawasan dan bimbingan yang cukup buruk dari luar. Oleh karenanya, sejak dini pada anak perlu ditanamkan nailai-nilai moral sebagai pengatur sikap dan perilaku individu dalam melakukan interaksi sosial di lingkungan keluarga, masyarakat maupun bangsa Terdapat tiga teori perkembangan yang diyakini menentukan hasil jadi seorang anak. Pertama, teori tabula rasa, yakni teori yang menyatakan bahwa hasil jadi seorang anak sangat ditentukan seperti apa dia dididik. Teori ini mengibaratkan anak sebagai kertas putih yang kosong, tergantung siapa yang menulis dan melukisnya. Menulis dengan rapi atau dengan mencoret-coret bahkan diremas hingga kumal. Semua tergantung yang memegang kandali atas kertas putih tersebut.
Kedua, teori genotype, yang menyatakan bahwa hasil akhir seorang anak sangat ditentukan oleh gen (sifat, karakter, biologis) orang tuanya. Pepatah sering mendukung teori ini dengan perumpamanaan : air hujan mengalir tak jauh dari atapnya. Sifat kareakter, hingga yang lebih ekstrim lagi nasib anak-anak dianggap tidak akan jauh dari situasi orang tuanya. Penganut paham ini sangat kenatar jika sampai pada keputusan menentukan jodoh anak-anaknya. Orang tuanya cocok, maka hubungan anaknya boleh berlanjut, namun jika tidak cocok maka biasanya orang tua tidak akan memberi restu hubungan anaknya.
Ketiga, teori gabungan yang menggabungkan 2 karakter di atas di tambah denagn faktor mileu (lingkungan ). Teori ini banyak dipakai oleh para psikolog maupun pengembang pendidikan. Teori ini meyakini bahwa hasil akhir seorang anak ditentukan oleh tiga hal: faktor orang tua, faktor pendidkan dan faktor lingkungan. Banyak faktor lingkungan yakni dengan siapa dia bergaul, bergaul, pengaruh orang-orang dekat, paling diyakini sangat efektif mempengaruhi perkembangan anak.
Membangun
karakter anak dengan demikian dibutuhkan upaya serius dari berbagai pihak
terutama keluarga untuk mengkondidikan ketiga faktor di atas agar kondusif
untuk tumbuh kembang anak. Pendidikan karakter pada anak harus siarahkan agar
anak memiliki jiwa mandiri, bertanggung jawab dan mengenal sejak dini untuk
dapat membedakan hal yang baik dan buruk, benar-salah , hak-batil, angkara
murka-bijaksana, perilaku hewani dan manusiawi (Witono, 2005:1)
BAB
IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasar
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dapat diambil kesimpulan
bahwa adanya pengaruh yang besar antara bentuk pola asuh orang tua terhadap
pembentukan kepribadian anak pada anak yang berda di dusun papahan RT 02 desa
papahan tasikmadu karanganyar.Korelasi antara
pola asuh terhadap pembentukan kepribadian anak 0,866. Sehingga terdapat
hubungan yang kuat antara pola asuh dengan pembentukan kepribadian dengan
sumbangan efektif sebear 7 7,85 sedangkan dipengaruhi faktor lain 22,15
B.
SARAN
Peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan karya
ilmiah ini masih banyak kekurangan sehingga diharapkan peneliti selanjutnya
dapat menyempurnakan dengan menambah variabel lain yang juga mempengaruhi pola
asuh orang tua dan juga jumlah sempel agar dapat menghasilkan analisis data
yang dapat digeneralisasikan secara umum.
DAFTAR PUSTAKA
Hawadi,Akbar. 2004. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta :
Grasindo
Arikunto,S.
2006 . Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Sugiyono. 2010. StatistikaUntuk Penelitian. Bandung :
CV. Alfabeta
Suparno,P.
2008. Teori Perkembangan Kognitif Jean
Piaget. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam
, E. 2003. Konsep Dan Penerapan
Metodologi Penelitian. Jakarta : Salemba Merdeka
Notoatmodjo
,S. 2002. MetodologiPenelitian Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta
http:
// www. Google.co.id